Ketika Testis Anak Tidak Turun

Calvin RSPI 1

Testis tidak turun? Waduh, apalagi tuh? Sebagai seorang ibu yang awam, tentu saya sangat kaget sekali waktu mendengar Calvin didiagnosis seperti itu. Karena sepanjang pengamatan saya, Calvin tetap terlihat sehat, aktif bermain dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan di area genitalnya, kok tiba-tiba bisa dibilang ada kelainan di testisnya?

Jadi cerita awalnya begini, Moms… Sewaktu Calvin berusia setahun lebih, saya berniat memberinya vaksin Japanese Enchephalitis yang di tahun 2017 lagi happening di kalangan ibu-ibu. Berhubung saat itu vaksin tersebut di RS dsa-nya Calvin sedang out of stock, maka saya pun mendatangi ke RS lain. Sebelum divaksin, tentunya Calvin diperiksa dulu secara fisik oleh dokter yang akan memberinya vaksin.

Nah, saat beliau memeriksa bagian skrotum (kantong zakar), tiba-tiba dia bilang, “Kok, ini testisnya belum turun ke kantongnya, ya?” Jleb! Saya seolah disambar petir di siang hari bolong sambil diam mematung, pura-pura salah dengar atau dokternya yang salah ngomong. Si dokter memeriksa lagi lebih teliti, lalu kembali mengulangi pernyatannya, “Bener Bu, ini dua-duanya testisnya belum turun ke tempatnya. Nanti pas kontrol ke dsa-nya Calvin, tolong diperiksa lebih detail saja, Bu.”

Akhirnya sewaktu kontrol ke dsa-nya Calvin, langsung saja saya dan suami meminta beliau memeriksa bagian testisnya Calvin dan kemudian setelah dipegang-pegang, dsa-nya Calvin juga menyatakan memang kedua testis Calvin belum turun sempurna. Namun untuk hasil pemeriksaan yang lebih akurat, beliau menyarankan kami untuk membawa Calvin ke dokter spesialis urologi anak.

Undescended Testicle (UT)

undescendedTestA-415x233-esIL

Jadi gini, Moms… Kasus testis anak tidak turun (undescended testicle / UT) atau dalam istilah medisnya cryptorchidism, adalah kondisi dimana testis tidak turun sempurna ke dalam kantong skrotum (zakar). Jadi dalam kasus UT, posisi testis masih ada di area perut atau saluran inguinal canal. Normalnya, testis anak akan turun di usia 3-8 bulan pertamanya. Bila sudah lewat usia setahun, kemungkinan testisnya masih bisa turun sangat kecil sekali. Menurut penelitian, kasus UT ini kerap dialami 30% bayi laki-laki yang lahir prematur dan sekitar 5% bayi laki-laki yang lahir cukup bulan. Calvin sendiri sebenarnya lahir dengan berat badan normal dan cukup bulan, tapi ternyata bisa mengalami UT. Sampai saat ini dokter belum mengetahui pasti penyebab terjadinya UT. Ada dugaan penyebabnya karena faktor hormon ataupun keturunan.

Apa gejalanya UT?
Kondisi UT nyaris tidak memiliki gejala apa pun karena anak akan terlihat sehat dan aktif bermain seperti biasa. Kondisi UT baru dapat dideteksi saat kita meraba bagian skrotum (kantong zakar) ataupun melalui proses pemeriksaan USG untuk hasil yang akurat. Pada kasus Calvin sendiri, bagian di atas genitalnya memang terlihat menggembung, hanya saja saya tidak pernah kepikiran aneh-aneh karena saya kira itu normal terjadi pada anak laki-laki usia balita.

Apakah Bahaya bila Testis Tidak Turun?
Segala sesuatu yang tidak pada tempatnya pasti berpotensi menimbulkan risiko. Demikian juga dengan kasus UT, testis anak yang tidak ada di kantongnya akan menimbulkan risiko serius, yaitu:

  1. Gangguan Kesuburan
    Karena testis berada di area perut yang suhunya lebih panas daripada suhu kantong zakar yang normal, maka pembentukan sperma bisa terganggu. Jadi saat anak mencapai usia pubertas hingga dewasa, tingkat kesuburannya akan menurun bahkan rusak sama sekali. Karena itu disarankan operasi UT dilakukan sebelum anak menginjak usia 2 tahun supaya risiko kerusakan testis semakin diminimalisir.
  2. Menjadi Tumor
    Testis yang berada di luar posisi normalnya akan berpotensi menjadi sel ganas atau tumor yang terus tumbuh membesar.

Lalu apa solusinya bila anak didiagnosis terkena UT?
Secara medis, hanya ada dua solusi yang ditawarkan untuk mengatasi UT yaitu:

  • Terapi Hormon
    Pemberian hormon chrionic gonadotropin (HCG) pada saat anak berusia 6-12 bulan bisa membantu testis turun ke posisi normal. Tapi menurut dokter, tingkat keberhasilan suntik hormon ini hanya 50:50 dan tidak bisa dilakukan 1-2 kali saja. Bahkan ada kasus dimana anak yang sudah disuntik hormon HCG beberapa kali akhirnya juga harus melewati proses bedah untuk penurunan testisnya.
  • Operasi
    Penurunan testis melalui bedah operasi dilakukan untuk menempatkan testis anak pada posisi seharusnya di dalam skrotum.

Menyimak penjelasan di atas, awalnya saya sempat ingin minta second opinion ke beberapa dokter urologi, namun semua dokter pun juga menyarankan solusi yang sama yaitu operasi. Gleg… Kita orang awam kalau mendengar kata “operasi” pasti yang terbayang yang serem-serem, apalagi yang akan menjalani ini masih anak usia 2 tahun, rasanya pasti enggak tega banget, Moms…

Tapi semua dokter berusaha menenangkan saya sembari memberi penjelasan mengenai gambaran operasi penurunan testis ini sebagai berikut:

  1. Dampak dan Risikonya Lebih Besar bila Tidak Dioperasi
    Bila kondisi UT tetap dibiarkan, dampak dan risiko ke depannya justru lebih besar. Tentu saya akan menyesal bila pada saat dewasa nanti, Calvin akan mengalami dampak kesehatan yang fatal hanya gara-gara pilihan saya yang keliru tidak mau kondisi testisnya segera ditangani.
  2. Operasi Kecil
    Dokter mengatakan bahwa ini adalah operasi kecil yang bahkan si anak bisa langsung pulang bila semuanya baik-baik saja. Bahkan si dokter sempat berkelakar kalau kasus UT untuk dokter urologi ini udah kayak santapan sehari-hari.
  3. Operasi Terencana
    Meskipun prinsipnya operasi UT dilakukan semakin cepat akan semakin baik. Tapi operasi ini juga tidak bersifat mendesak dan tiba-tiba, jadi saya bisa punya waktu mempersiapkan dana ataupun membicarakan dahulu dengan keluarga.
  4. Efektif dan Permanen
    Operasi penurunan testis ini dijamin 100% efektif dan permanen.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan suami, saya pun memantapkan diri untuk mengambil opsi operasi di RSPI Pondok Indah dengan dokter spesialis urologi, Arry Rodjani. Berhubung tanggal operasinya sudah menjelang akhir tahun (28 Desember 2018), lumayan kejar-kejaran juga dengan jadwal cuti dokter. Apalagi sebelumnya jadwal operasinya sudah diundur seminggu karena Calvin sempat kena batuk. Kata suster RS, kalau anak akan dioperasi harus sehat, tidak boleh batuk atau pilek karena bisa menurunkan daya tahan tubuhnya.

Calvin RSPI 8

Akhirnya pas hari H, dimana Calvin dapat jadwal operasi jam 19.30 malam, dia diwajibkan untuk puasa minimal 6 jam, yang artinya jam 13.30, Calvin sudah enggak boleh makan, minum atau menyusu. Duh, Moms bisa bayangin gak sih, anak 2 tahun harus puasa 6 jam? Saya bahkan sampai tidak tega waktu lihat dia nangis-nangis pengen makan dan minum susu. Akhirnya sekitar jam 4 sore, setelah saya terus-menerus nanya ke suster yang juga nego ke dokter, Calvin diizinkan minum susu maksimal 120 ml. Setelah menyusu dan agak tenang, Calvin pun lanjut main deh di playground RS.

Menjelang jam 19.30 malam, Calvin mulai dibersihkan badannya oleh suster pakai lap, kemudian diganti popok dan dipakaikan pakaian khusus. Lalu selanjutnya masuk ruang operasi dimana Calvin menjalani proses anestesi inhalasi (uap). Lagi-lagi enggak tega ngeliat dia nangis-nangis waktu diberikan masker bius, tapi ya untungnya enggak lama dia langsung tertidur. Setelah itu, saya dan suami diminta keluar dan menunggu di ruang tunggu hingga operasi selesai.

Operasi

Saat operasi sudah dinyatakan selesai, saya dipanggil masuk untuk menemani Calvin hingga terbangun. Duh, rasanya trenyuh ngeliat muka imutnya yang masih tertidur pasca operasi, lengkap dengan selang oksigennya. Tapi mau gimana lagi ya nak… Ini semua demi kebaikan kamu ya, sayang. Di samping ranjang, saya melihat ada lembar Bravery Certificate dari RSPI yang menyatakan kalau Calvin sudah menjadi anak pemberani yang lulus melewati proses operasi. Yeay! You are officially a brave kid, son!

Calvin RSPI 10.jpg

Kemudian setelah efek biusnya berkurang, Calvin mulai siuman dan ya pasti nangis-nangis dong sambil tetap merem. Saya pun kemudian diperbolehkan suster untuk menggendongnya sebelum kembali ke kamar RS untuk beristirahat. Oya, pasca operasi, tangan Calvin harus diinfus dulu selama semalam untuk pemberian obat anti nyeri.

Nah, besoknya setelah selang infusnya dilepas, nih Si Kucril udah mulai aktif lagi, main ke sana kemari 😀

Bontoy 7

Biaya Operasi Penurunan Testis
Sebenarnya biaya operasi ini pasti bervariasi ya, Moms karena penghitungan biaya pasti tergantung dari banyak faktor, seperti misalnya rate dokternya, rumah sakitnya, jenis kamarnya, obat-obatan yang dipakai, lama inapnya, masa observasi atau visit dokter, dan sebagainya.

Tapi sebagai gambaran, untuk operasinya Calvin di RSPI Pondok Indah selama 2 malam dengan kamar VIP khusus anak sebesar Rp 48 juta. Lho kok 2 malam? Katanya ini operasi kecil yang sehari udah boleh pulang? Betul, tapi untuk Calvin diminta 2 malam karena menurut dokter Arry perlu masa observasi semalam gara-gara baru sembuh dari batuk.

Demikian Moms, sharing dari saya mengenai kasus UT ini, semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Untuk Moms yang punya anak laki-laki berusia 1 tahun ke bawah, ada baiknya perlu diperiksa bagian testisnya untuk mengantisipasi terjadinya kondisi UT ini. Bila kurang yakin dengan pemeriksaan sendiri, sangat disarankan untuk diperiksakan ke dokter yang tentunya lebih kompeten.